Kabupaten Labuhanbatu merupakan salah satu daerah yang memiliki sumberdaya perikanan yang cukup dikenal lumayan besar sejak dahulu kala. Terutama yang berasal dari kawasan Tanjung Sarang Elang Kecamatan Panai Tengah dan Sungai Berombang Kecamatan Panai Hilir, Kabupaten Labuhanbatu.
Kedua daerah itu mempunyai komoditi perikanan yang beraneka ragam. Salah satunya adalah ikan terubuk dengan telurnya merupakan makanan khas yang menjadi kebanggan masyarakat khususnya di daerah pesisir pantai Kabupaten Labuhanbatu.
Sayangnya bila melihat populasi ikan Terubuk saat ini sudah sangat menurun, bahkan sudah jarang ditemui dipasar-pasar tradisional yang biasanya menjadi tempat penjualan ikan Terubuk dimasa lalu. Ikan yang yang memiliki kebiasaan hidup di muara sungai seperti dipertemuan antara Sungai Barumun dengan air laut di Tanjung Sarang Elang dan Sungai Berombang ini cukup populer karena kelezatan telur dan dagingnya yang khas.
Sayangnya bila melihat populasi ikan Terubuk saat ini sudah sangat menurun, bahkan sudah jarang ditemui dipasar-pasar tradisional yang biasanya menjadi tempat penjualan ikan Terubuk dimasa lalu. Ikan yang yang memiliki kebiasaan hidup di muara sungai seperti dipertemuan antara Sungai Barumun dengan air laut di Tanjung Sarang Elang dan Sungai Berombang ini cukup populer karena kelezatan telur dan dagingnya yang khas.
Faktor rasanya yang lezat itu kemudian membuat harga ikan ini meroket hingga menjadi harganya cukup mahal. Bayangkan untuk 1 Kg telur ikan terubuk ini, kini telah mencapai harganya sekitar Rp2 jutaan lebih, sedangkan dagingnya hanya sekitar ratusan ribu per kg. Sehingga tak heran jika jenis ikan ini selalu menjadi incaran para nelayanan dan konsumen yang menjadi penikmat telur ikan Terubuk.
Akibat itu pula, membuat populasi ikan pemakan plankton (Buih) ini sudah sangat jarang ditemui di muara Sungai Barumun dan Laut Sungai Berombang. Ekploitasi yang berlebihan (over exploitation) yang dilakukan para nelayan juga menyebabkan ikan Terubuk ini semakin sulit ditemukan saat ini. Apalagi yang paling diburu para nelayan dan konsumen, umumnya adalah telur ikan terubuk, sehingga membuat populasi ikan berwarna perak itu mengalami penurunan yang cukup drastis. Kini malah semakin langka keberadaannya di alur sungai yang bisanya menjadi tempat habitat ikan ini.
Abdul Karim Nasution, 70, warga Dusun Bulu Tolang, Desa Sei Siarti, Labuhanbatu dalam satu kesempatan mengatakan, dirinya sudah puluhan tahun melakoni pekerjaannya sebagai nelayan tradisional penangkap ikan Terubuk.
“Sudah puluhan tahun jadi penangkap ikan terubuk. Ya, sekarang jumlah ikan terubuk sudah jauh berkurang,” bebernya.
Kata Karim, beberapa dekade lalu para nelayan masih berpeluang mendapatkan ikan terubuk sekira 5-10 ekor perharinya. Tapi saat ini, kata dia untuk memperoleh satu ekor ikan Terubuk saja, satu hari pun justru belum tentu mendapat jaminan bisa diperoleh.
“Sehari belum tentu mendapat ikan satu ekorpun,” imbuhnya kala itu.
Ikan ini juga terancam mengalami kepunahan lantaran dugaan pencemaran limbah dari sejumlah industri pabrik kelapa sawit (PKS) yang semakin bertambah disekitar muara Sungai di kawasan Labuhanbatu.##
Ikan Terubuk Menjadi Simbol Pemerintah Daerah (Logo)
Kebanggan terhadap ikan Terubuk itu juga sengaja diimplementasikan pemerintah daerah pada logo Pemkab Labuhanbatu. Sesuai infomasi yang diperoleh, pemakaian logo pemkab Pemkab Labuhanbatu yang memiliki gambar padi, karet, Kelapa Sawit dan ikan Terubuk hingga kini masih menjadi logo atau simbol. Menurut berbagai sumber penetaapan logo Pemkab Labuhanbatu yang menyertakan gambar dua ekor ikan Terubuk diantara gambar komoditi itu sekitar tahun 1980-an. Pemerintah daerah bersama sejumlah tokoh masyarakat sepakat menetapkan logo itu sebagai simbol dan ciri khasnya Labuhanbatu.
Oleh sebab itulah, kemudian agar tidak menjadi kenangan dibutuhkan penanganan khusus dari masyarakat maupun pemerintah daerah untuk melestarikan ikan Terubuk. Misalnya, dengan melakukan budidaya supaya ikan ini tidak terancam mengalami kepunahan. Tujuannya adalah, agar suatu saat nanti anak cucu maupun generasi mendatang masih tetap dapat mengenal dan dapat menikmati bagaimana gurihnya rasa daging dan telur ikan terubuk tersebut.
Sebab kalau tidak ada penanganan budi daya yang lebih serius didukung pemerintah daerah, bisa jadi ikan Terubuk hanya tinggal menjadi legenda bagi anak-cucu digenerasi mendatang di Kabupaten Labuhanbatu. Akhirnya, mereka hanya dapat mendegar cerita seperti dogeng dimasa lalu tentang keberadaan ikan Terubuk yang sempat menjadi kebanggan warga Labuhanbatu dimasa tempo dulu. Alhasil, riwayat ikan Terubuk ini bias menjadi seperti cerita dinasourus yang kini tidak dapat ditemukan lagi kecuali tinggal legenda dan posil dari tulang belulang binatang yang berbadan besar tersebut dapat dilihat melalui acara tayangan TV.
Begitupula halnya dengan ikan Terubuk. Tentu sayang sekali jika Tetua nantinya hanya bias memperkenalkan ikan Terubuk itu hanya lewat logo Pemkab Labuhanbatu yakni, dua ekor ikan Terubuk diantara tanaman karet dan sawit sebagai sumber pendapatan andalan saat ini.
Sungguh ironis sekali, jika hal itu yang terjadi dimasa yang akan datang. Namun, yang jelas kalau tidak ada semacam budidaya ataupun penyelamatan untuk kelangsungan ikan Terubuk tersebut kita khawatir generasi mendatang bakal tidak akan dapat lagi merasakan kelezatannya dari daging dan telur yang dihasilkan oleh ikan Terubuk tersebut. Karena sudah mulai mengalami kepunahan saat ini. Padahal dahulunya ikan ini termasuk salah satu jenis ikan ekonomis penting yang menjadi primadonanya dibeberapa muara sungai di Kabupaten Labuhanbatu. Hal itu akibat mudahnya diperoleh para nelayan.
Salah seorang warga Kabupaten Labuhanbatu, Zulham Abdul Fattah Nasution, 54 sempat menyampaikan kekhawatirannya kepada penulis terhadap eksistentsi ikan Terubuk yang kini sudah sangat jarang ditemui disejumlah perairan pesisir pantai Labuhanbatu. Katanya, tahun 1980-an, dirinya masih sempat merasakan betapa nikmatnya telur dan daging ikan itu.
“Tapi kalau sekarang ini, saya sendiri tidak pernah lagi melihatnya. Kita khawatir ikan Terubuk itu akan menjadi kenangan kalau tidak ada perhatian pemerintah untuk membudidayakannya,”ungkapnya dalam satu kesempatan.
Dia mengatakan, pada anggaran APBD Pemkab Labuhanbatu tahun 2012 pernah dialokasikan anggaran sebesar Rp60 juta di dinas peternakan dan perikanan khusus untuk budidaya ikan Terubuk. Namun hingga sekarang tidak jelas bagaimana penggunaan anggaran budi daya ikan Terubuk tersebut. Sebab, tidak ada informasi terkait perkembangan habitat ikan Terubuk di Labuhanbatu sampai sekarang.
“Itu pernah saya tanya, bagimana mengelola anggaran budi daya ikan Terubuk itu, tapi tak jelas keterangan dari dinas perikanan,. Kata mereka mau kerjasama dengan universitas jurusan perikanan,”bebernya.
Salah seorang anggota DPRD Labuhanbatu, Muhammad Riadi dalam satu kesempatan mengatakan kekhawatirannya tentang populasi ikan Terubuk yang semakin terancam saat ini diperairan Labuhanbatu. Maka itu dia mendesak pemerintah daerah agar turut campur dalam penanganan peningkatan populasi ikan Terubuk agar tidak hanya tinggal menjadi cerita dimasa mendatang kepada generasi berikutnya.
“Kalau pemerintah daerah tidak menaruh perhatian terhadap peningkatan populasi ikan Terubuk, tidak tertutup kemungkinan nama ikan itu akan tinggal kenangan saja,”ungkapnya.
Selain itu, Alumni IPB ini menambahkan, seharusnya pemerintah melakukan budi daya dan melakukan konservasi ikan terubuk. Baik itu dengan cara mengundang pihak ketiga untuk dapat melakukan kajian terhadap tata cara budi daya ikan Terubuk. Ditambah lagi dengan salah satu gambar yang terdapat dalam logo Pemkab Labuhanbatu adalah ikan Terubuk, sehingga sangat perlu dilestarikan.
“Makanya tidak ada pilihan lain, pemerintah harus turut mendorong budi daya ikan Terubuk supaya populasinya semakin bertambah. Sebab, kalau pemerintah memang mau, saya kira tidak sulit untuk membudidayakan ikan ini,” tandasnya.
Optimisme Riadi tersebut cukup beralasan bagimana untuk meningkatkan populasi ikan tersebut. Karena di Labuhanbatu sendiri kini sudah banyak sarjana yang memiliki latar belakang ilmu pengetahuan perikanan, sehingga tidak perlu diragukan lagi sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki mereka. Hanya saja pemerintah harus dapat mengalokasikan anggaran agar bias melakukan pengembangbiakan ikan Terubuk tersebut untuk mengantisifasi kepunahan dimasa yang akan datang.
Humas Pemkab Labuhanbatu Sugeng ketika dikonfirmasi mengatakan, terkait dengan budidaya ikan Terubuk tersebut sudah ada rencana Dinas Perikanan setempat untuk melakukan semacam kajian dengan pihan Universitas Riau (UNRI). Rencana tersebut sudah diagendakan akan dilaksanakan pada akhir tahun 2013 ini.
“Sebenarnya saya tidak tahu banyak soal agenda budi dayaikan Terubuk ini. Tetapi pernah saya dengar informasi bahwa ditahun 2013 ini akan dilakukan kajian terkait rencana bagamana budi daya ikan Terubuk,"tandasanya. (sartana nasution)
Teks Photo: Telur ikan Terubuk yang sering dimintai warga
Teks Photo: Telur ikan Terubuk yang sering dimintai warga