Jumat, 12 Agustus 2011

Kantor Dekranasda Kabupaten Labuhanbatu Terabaikan


Kantor Dekranasda Kabupaten Labuhanbatu Terabaikan


Gedung  Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Labuhanbatu terabaikan. Padahal  seharusnya menjadi wadah para perajin daerah untuk mempromosikan hasil kerajianan mereka kepada pembeli (buyers) baik di   daerah maupun dari luar kota, bahkan hingga dapat dipromosikan ke tingkat mancanegara.
Harapan ini tampaknya tidak akan ditemui di Kabupaten Labuhanbatu, karena tidak adanya perhatian pemerintah setempat melalui  Ketua Dekranas Labuhanbatu Fitra Laila Tigor P Siregar yang juga istri Bupati Labuhanbatu  Tigor Panusunan Siregar.
Sejak suaminya yang memiliki visi misi perubahan itu menjabat bupati, sudah hamper berjalan 10 bulan, Fitra Laila secara otomatis mengemban amanah  sebagai Pembina Dekranasda. Namun, perubahan untuk membenahi dan membentuk pengurus Dekranasda agar dapat menjalankan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik belum tampak hingga saat ini. Terutama berkaitan dengan hal-hal tugas pokok Dekranasda itu sendiri. Pasalanya, sebagai tanda-tanda promosi produk hasil kerajinan itu  tidak ditemukan di kantor Dekranasda  Kabupaten Labuhanbatu Jalan HM Said, Kelurahan Sigambal Kecamatan Rantau Selatan.
Sungguh ironis, sarana yang seharusnya menjadi ajang pomosi bagi perajian di daerah ini diabaikan begitu saja.  Tidak adanya perhatian pemerintah daerah  melalui istri bupati dapat dilihat secara langsung dikantor Dekranas Kabupaten Labuhanbatu. Disana tidak ditemukan sama sekali sebagai tanda-tanda adanya hasil kerajinan daerah dan pembinaan terhadap pengerajin. Yang tampak hanya sebuah bangunan berukuran besar dalam kondisi  lapuk  seperti terlantar karena kondisinya kosong.
Sangat disayangkan bila sebuah infrastruktur sampai tak termanfaatkan. perasaan miris langsung hinggap di hati saat memperhatikan kondisi   Dekranasda  Kabupaten Labuhanbatu. Kawasan yang seharusnya menjadi pusat aktivitas para perajin di di Labuhanbatu itu, kini kondisinya sangat memrihatinkan. Kantor Dekranasda tersebut,  tak terawat. Cat dinding gedung yang tidak lagi dipoles entah sejak kapan, menampilkan kesan kumuh. Tidak hanya itu,  semen menuju bangunan utama juga sudah tampak  hancur. Di bagian halaman kantor itu terlihat ditumbuhi rumput liar yang sudah tinggi, sedangkan dibagian belakang dijadikan sebagai tempat buangan sampah. Akibatnya, areal itu terlihat semakin tak karuan dan tak pantas menjadi kantor ajang promosi bagi pemerintah daerah.
Mungkin  saja, istri bupati belum mengetahui fungsi Dekranasda yang dapat menjadi lembaga mitra kerja pemerintah daerah.  Seharusnya, peran dan fungsinya yang strategis, Dekranasda hendaknya dapat membantu pemerintah daearah dalam upaya meningkatkan perekonomian daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.   Karena wadah ini   bagi para perajin daerah dan pelaku bisnis yang  anggotanya kelompok usaha mikro, kecil dan menengah dapat mengembangkan potensi dan hasil karyanya sehingga memiliki nilai jual tinggi. Maka itu,  Dekranasda  dituntut melakukan pembinaan bagi anggota dan kelompok-kelompok usaha dibawah naungannya ikut serta mempromosikan dan  memasarkan hasil karya asli daerah pada masyarakat luas.
Kesan inilah membuktikan bahwa istri bupati tidak memihak kepada ekonomi kerakyatan, padahal potensi kerajianan sangat banyak di daerah ini mulai dari kain tenunan, kerupuk nenas,  gerabah bahkan  ada pandai besi yang mampu meningkat pendapatan asli daerah (PAD) serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat ekonomi menegah.
Bupati Tigor pun diketahui belum pernah meminta para pengurus Dekranasda melaksanakan fungsi dan tugasnya dengan baik untuk melakukan pembinaan dan pengembangan pada  anggota Dekranasda yang turut mensukseskan pembangunan daerah.  Hal ini terbukti tidak oftimalnya, pengurus Dekranasda   dapat dilihat  tidak menjalankan dan melaksanakan tugas dan fungsi maasing-masing, sesuai tujuan utama Dekranasda yakni meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menggali dan mengembangkan serta melestarikan warisan budaya bangsa belum teralisasai  dengan baik.  Sebab, kantornya sendiri seperti gedung terlantar. Kondisi tersebut jelas menjadi salah satu pekerjaan rumah utama yang harus diselesaikan Pemkab Labuhanbatu, khususnya pengurus Dekrasnasda.
Penjaga Gedung Dekranasda Kabupaten Labuhanbatu, Ainun, 53 mengungkapkan, dia bersama suaminya sudah sejak 6 tahun lalu adalah penjaga kantor itu,  namun sejak meninggalnya suaminya sekitar 3 tahun lalu, dialah sebagai penerus untuk menjaga asset pemerintah daerah ini. Tetapi belakangan, dirinya tidak pernah lagi menerima honor sebagai penjaga kantor Dekranasda tersebut. Padahal biasanya dia menerima honor sebesar Rp600 ribu.
“belakangan ini tak ada perhatian  pemerintah  sama kantor Dekranasda ini. Kegiatanpun tidak ada disini, kalau sekiatr 2 -3 tahun lalu, ada disini cangkang sawit. Orang Italia pun sering dating kemari. Tapi sekarang tak ada apa-apa lagi, lihat ini,” bebernya.
Menurutnya, untuk menyemprot rerumputan yang ada hingga setinggi pinggang orang dewasa disekitar kantor Dekranasda itu, dia terpaksa mengeluarkan uangnya sendiri. Maka itu dia berharap ada perhatian pemerintah untuk memfungsikan kantor tersebut. Selain itu, dia juga mengatakan, sejak terpilihnya Bupati Tigor sebagai bupati, istrinya belum pernah berkunjung ke lokasi tersebut. Lain halanya dengan pemerintahan sebelumnya, istri bupati itu  pernah berkunjung  ke kantor Dekranasda.
            Kepala Dinas Perindustrian, Perdangangan dan Koperasi (Kadis Perindagkop) Borkat Pene mengakuia adanya potensi hasil kerajinan daripada pengerajin yang tersebar di Labuhanbatu. Namun sayangnya pihaknya belum menginventarisasi kendala yang dihadapi oleh perajin. 
            “Rencana kita akan menginventarisasikan para pengerajin, nanti apakah kendalanya kita bicarakan, kalau memang uang masalahnya, nanti kita fasilitasi dengan dinas perdangang,” katanya.
            Terkait dengan kondisi Dekranasda di Kabupaten Labuhanbatu, Borkat Pane  mengakui pihaknya sudah menyampaikan kepada istri bupati sebanyak 3 kali di Rumah Dinas Pendopo. Tetapi hingga sekarang belum ada reaksi dari istri bupati tersebut.
            “Kemampuan kita hanya sebatas menyampaikan, sudah tiga kali di rumah dinas bupati kita sampaikan masalah Dekranasda, bagaimana mengaktifkan itu kembali. Memang sekarang tidak bisa hanya sebatas ngomong saja, harus ada uang untuk mengaktifkannya,” beber Borkat.
            Istri Bupati Tigor Panusunan Siregar, Fitra Laila yang dikenal  susah dikomfirmasi kalangan wartawan ini tidak bersedia berkomentar ketika dikomfirmasi terkait dengan kondisi kantor Dekranasda yang terabaikan itu. Pesan singkat yang dikirimkan tidak mendapat jawaban, begitu juga dengan telephon yang masuk tidak dijawab.  (sartana nasution)